
Seorang ibu, sedang menjelaskan pada anaknya yang menjelang baligh, bagaimana istimewanya orang-orang yang menjaga sholat sunnah rawatibnya. Ibunya secara perlahan menjelaskan apa-apa saja yang dijanjikan oleh Allah swt bagi hamba-hambaNYA yang ‘hobi’ melakukan sholat sunnah rawatib.
Si ibu berbagi ini, walau ia belum rapi melakukan semua sholat sunnah itu. Ia mengharapkan, dengan mengajarkan hal tersebut pada anaknya, ia akan termotivasi untuk menjadi teladan terlebih dahulu.
Si ibu berbagi ini, walau ia belum rapi melakukan semua sholat sunnah itu. Ia mengharapkan, dengan mengajarkan hal tersebut pada anaknya, ia akan termotivasi untuk menjadi teladan terlebih dahulu.
Jauh di dalam lubuk hati sang ibu, ia ingin sekali menularkan dan berbagi segala kebaikan yang ia tahu, pada semua buah hatinya selalu. Ia takut, umurnya tak akan sampai, jika ia menunda-nunda mengajarkan kebaikan pada ananda, walau belum tentu semua ia sanggup laksanakan semuanya pada saat itu.
Sang ibu sadar betul, bahwa, amalnya yang akan mengalir lama dan terus menerus ketika kelak ia di dalam tanah, adalah hasil didikan kebaikan yang ia tanamkan pada anak-anaknya.
Si ibu ternyata salah menilai sang anak. Ia mengira, anaknya akan mendengarkan dahulu, melihat contoh, baru melakukannya. Ternyata, si anak langsung mempraktekkan semua yang ibunya barusan jelaskan.
Ia sholat sunnah sebelum shubuh. Empat rakaat sebelum dan setelah dhuhur. Dua rakaat setelah maghrib dan empat rakaat sebelum dan setelah isha.
Ibunya tergamam.
Ia bahkan belum mampu melakukan itu semua secara rutin dan rapi.
Ia bahkan belum mampu melakukan itu semua secara rutin dan rapi.
Ternyata si anak memperhatikan ibunya untuk beberapa hari setelah ia mulai rajin melakukan sholat sunnahnya. Mengetahui bahwa si ibu belum se-rajin’ dirinya, selepas sholat sunnah maghrib, ia pun mendekati ibunya seraya berkata : ibu, ibu jelaskan berbagai pahala bagi mereka yang rajin sholat sunnahnya, tapi saya memperhatikan beberapa kali, ibu tidak sholat sunnah. Apakah ibu tidak tertarik pada pahala yang sudah dijanjikan Allah pada orang yang rajin melakukan sunnah rawatibnya?
Si ibu terdiam dan berkata pelan: iya ibu tahu, ibu sangat tertarik, dan ibu akan selalu berusaha untuk melakukan semuanya itu, dari sekarang.
Si anak pun tersenyum senang sambil berkata “ayolah bu, semua itu tidak sesusah yang ibu bayangkan kok, coba saja satu dulu.”
Jika anda adalah sang ibu, apakah yang akan anda katakan saat itu?
Akankah anda berhenti mengajarkan kebaikan untuk sementara waktu?
Apakah anda akan mencambuk diri sendiri
untuk mencontohkan dulu sebelum menyuruh? Atau kata kata yang cukup bijaksana yang seperti apakah yang pantas anda katakan pada ananda saat itu?
Akankah anda berhenti mengajarkan kebaikan untuk sementara waktu?
Apakah anda akan mencambuk diri sendiri
untuk mencontohkan dulu sebelum menyuruh? Atau kata kata yang cukup bijaksana yang seperti apakah yang pantas anda katakan pada ananda saat itu?
Menjelang pertengahan desember 2018,
Wina Risman